Mimbar di Tengah Meriam : Dakwah di Bawah Bayang-bayang Konflik Gaza

 

 Oleh :  Yuwanda Efrianti (  mahasiswi jurusan Komunikasi Penyiaran Islam UIN Imam Bonjol - Padang


si Penyiaran Islam UIN Imam Bonjol - Padang
 

Konflik Gaza dengan segala kerumitannya kini telah menjadi salah satu sorotan utama di kalangan dunia dan masyarakat global. Di tengah gemuruh senjata dan pertempuran, situasi yang penuh dengan ketegangan dan pertumpahan darah, sering kali terdengar suara-suara yang lebih halus dan memerintah, yaitu suara dakwah Islam. Dakwah, sebagai upaya menyampaikan ajaran agama Islam, berdiri tegak di tengah-tengah konflik Gaza, menghadapi tantangan yang tak terelakkan.
Dakwah bukanlah sekadar menyerukan kata-kata kosong, tetapi juga merupakan panggilan untuk keadilan, perdamaian, dan kasih sayang karena, prinsip ini juga tercermin dalam ajaran Islam. 
“Tidak ada kebaikan dari banyak pembicaraan rahasia mereka, kecuali pembicaraan rahasia dari orang yang menyuruh (orang) bersedekah, atau berbuat kebaikan, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Barangsiapa berbuat demikian karena mencari keridaan Allah, maka kelak Kami akan memberinya pahala yang besar.” (Q.S An-Nisa:114)
Ayat di atas menjelaskan bahwa siapa yang melakukan demikian, yakni yang telah disebutkan tadi demi menuntut mencari keridaan Allah dan bukan karena hal-hal lainnya berupa urusan dunia maka akan Allah beri dia pahala yang besar.
“Barang siapa yang membunuh seorang manusia, kecuali karena membunuh orang tersebut atau membuat kerusakan di muka bumi, maka seolah-olah dia telah membunuh semua manusia. Dan barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan semua manusia.” (Q.S Al-Maidah:32)
Ayat di atas menggarisbawahi siapa pun yang membunuh seorang manusia tanpa sebab dan ia menghalalkan membunuh jiwa tanpa sebab dan tanpa dosa maka seakan-akan ia membunuh semua manusia. Kemudian, barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, berarti selamatlah seluruh manusia darinya berdasarkan pertimbangan ini.
Sejarah Islam telah mencatat banyak contoh ulama-ulama yang berperan aktif dalam menyebarkan pesan perdamaian dan keadilan, bahkan di tengah-tengah konflik. Salah satu contoh yang terkenal adalah kisah Imam Abdul Ghani al-Nablusi, seorang ulama besar dari Palestina yang hidup pada abad ke-18. Meskipun hidup di tengah-tengah konflik antara Kesultanan Utsmaniyah dan Kekaisaran Persia, Imam al-Nablusi tetap teguh dalam menyebarkan ajaran Islam yang damai dan memperjuangkan keadilan bagi rakyatnya. 
Sheikh Ahmed Yassin, beliau adalah pendiri dan pemimpin spiritual Hamas, sebuah organisasi politik dan militer di Palestina. Sheikh Yassin juga secara aktif terlibat dalam dakwah dan kegiatan sosial di Gaza, meskipun menghadapi tekanan politik dan militer yang besar dari pihak Israel. Meskipun beliau akhirnya dibunuh oleh pasukan Israel pada tahun 2004, warisan dan semangatnya dalam memperjuangkan hak-hak rakyat Palestina tetap hidup dalam gerakan Hamas dan masyarakat Gaza. 
Kemudian, Sheikh Raed Salah, beliau adalah seorang ulama dan pemimpin politik dari Palestina yang terkenal karena perannya dalam menyebarkan pesan Islam yang damai dan memperjuangkan hak-hak rakyat Palestina. Beliau adalah pendiri Gerakan Islam di Israel dan telah berjuang keras untuk melindungi hak-hak warga Arab di wilayah tersebut. Meskipun sering kali menjadi sasaran penangkapan dan penahanan oleh otoritas Israel, Sheikh Salah tetap teguh dalam keyakinannya dan terus menyuarakan keadilan bagi rakyat Palestina.
Sheikh Yusuf al-Qaradawi mengatakan, “Dalam situasi konflik dan perang, dakwah harus terus dilakukan dengan cara yang bijaksana dan bertanggung jawab. Kita harus tetap mengingat nilai-nilai Islam yang mendorong perdamaian, keadilan, dan toleransi.”
Dalam lingkup konflik Gaza, dakwah tentunya mengambil peran penting salah satunya menjadi sumber ilmu dan panduan dalam bertindak. Namun, untuk berdakwah di tengah meriam pertempuran Gaza tentunya sangat sulit karena menghadapi banyak tantangan, mulai dari pertempuran yang terus menerus di Gaza sehingga menciptakan lingkungan yang penuh dengan ketegangan dan kekerasan, akses terhadap umat Muslim Gaza yang sering kali dibatasi oleh pembatasan politik dan militer untuk berkomunikasi dan berbagi pesan dakwah dengan dunia luar, hingga munculnya kelompok-kelompok radikal yang cenderung menolak pesan perdamaian dan toleransi yang disampaikan melalui dakwah. 
Di tengah situasi ini, tentunya menyebarkan pesan damai dan keadilan melalui dakwah menjadi lebih sulit karena risiko terlibat dalam konflik fisik, dan dengan keterbatasan akses juga akan mempengaruhi distribusi bantuan kemanusiaan yang penting untuk mendukung upaya dakwah. 
Konflik Gaza  kini menjadi salah satu krisis kemanusiaan yang paling memprihatinkan di dunia saat ini. Namun, di tengah-tengah penderitaan dan kekerasan masih ada harapan dan upaya untuk berdakwah di tengah konflik Gaza. Seperti, memberikan bantuan kemanusiaan dan pembangunan, bantuan kemanusiaan dan upaya pembangunan menjadi sarana praktis untuk menyebarkan pesan dakwah di tengah konflik Gaza. Organisasi-organisasi kemanusiaan dan yayasan amal bekerja keras untuk memberikan bantuan kepada korban konflik, membantu memenuhi kebutuhan dasar mereka, dan membangun infrastruktur yang dibutuhkan untuk memperbaiki kondisi hidup di Gaza. Melalui upaya ini, mereka juga menyampaikan pesan kasih sayang dan solidaritas kepada masyarakat yang menderita. Selain itu masyarakat Gaza yang kini melaksanakan ibadah tarawih di atas reruntuhan mesjid di bulan Ramadhan juga bisa menjadikan upaya dengan memberikan pengajian dan pesan agama di saat bulan Ramadhan.
Meskipun berada di tengah-tengah konflik yang berkepanjangan, masih ada harapan dan upaya yang dilakukan untuk berdakwah di Gaza. Melalui pesan perdamaian, dan bantuan kemanusiaan.*


*Penulis adalah mahasiswi jurusan Komunikasi Penyiaran Islam UIN Imam Bonjol - Padang

0 Komentar