Menjadi Agen Perubahan: Stop Tawuran, Jadi Remaja Cerdas

 



Oleh: Chayara Zulfa


Masa remaja merupakan masa yang dinamis dengan banyak pergolakan. Pada tahap ini, remaja mengalami banyak hal yang menandakan bahwa mereka sedang mengalami peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Dari kenyataan ini, banyak remaja yang juga berstatus sebagai pelajar mulai mencari jati diri mereka, mulai dari kegiatan yang boleh mereka ikuti bahkan hingga mengikuti aksi kriminalitas seperti tawuran.

Tawuran berupa kekerasan fisik yang umumnya dilakukan remaja sudah tidak asing didengar. Tawuran menjadi permasalahan sosial yang sering terjadi di Indonesia. Salah satu kasus tawuran terjadi di Depok, melibatkan SMK Ganesha dan SMK Setia Karya.

Tawuran menjadi permasalahan sosial yang semakin meningkat setiap tahun. Menurutdata Polda Metro Jaya, setidaknya ada 111 kasus tawuran dalam waktu 3 bulan terakhir di tahun 2024. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan kasus tawuran dibanding tahun sebelumnya.

Banyaknya kasus tawuran yang terjadi menunjukkan bahwa salah satu penyebab terjadinya tawuran adalah kurangnya pengawasan dan bimbingan yang cukup akan akan lebih terpengaruh oleh tekanan kelompok dan pengaruh teman sebaya. Seringkali siswa yang terlibat tawuran dikatakan berasal dari sekolah kejuruan. Namun, data dari Jakarta tidak mendukung hal ini, sekalipun kebanyakan memang merupakan sekolah kejuruan. Dari 275 sekolah dengan jumlah tawuran terbanyak, 77 diantaranya merupakan SMA Negeri.

Tawuran tersebut juga menjalar sampai ke Padang. Sering terjadi tawuran. Bahkan pemicunya sering tak jelas, atau karena hal-hal kecil yang sepele saja. Fenomena ini umumnya dilakukan oleh remaja berupa tindakan brutal yang berpotensi menimbulkan korban jiwa dan luka serius. Pemicu masalah pada tawuran biasanya tidak jelas atau tidak semua peserta tawuran mengetahui alasan tawuran tersebut.

Beberapa faktor pemicu terjadinya tawuran ini antara lain, setidaknya dapat dilihat dari empat faktor. Pertama, Faktor Internal. Remaja belum bisa berpikir jangka panjang dan masih didominasi emosi, ingin diterima dalam suatu kelompok dan mengikuti seluruh nilai-nilai kelompok. Remaja memiliki fungsi otak yang belum optimal yang mengakibatkan mereka kurang dapat memikirkan konsekuensi jangka panjang dari perbuatan mereka.

Kedua. Faktor Eksternal. Lingkungan sekolah dan lingkungan sekitar bisa menjadi faktor penyebab tawuran. Misalnya, sekolah yang dekat dengan pasar, terminal, atau tongkrongan geng berpotensi mendidik para remaja menjadi berandalan.

Hal ini terjadi karena tidak adanya pengamanan dan pencegahan di lingkungan dan tidak ada wadah yang dapat menyalurkan energi mereka dengan baik sehingga mereka memilih masuk ke dalam geng tawuran untuk menyalurkannya.

Ketiga, Pengaruh Media. Pengaruh media menjadi penyebab tawuran pelajar diungkap pada penelitian berjudul Research Institute of Moral Education, College of Psychology , Nanjing Normal University, Nanjing, China. Dalam penelitian tersebut terungkap bahwa bukti menunjukkan kekerasan di media mempengaruhi remaja dan menyebabkan mereka bertindak negatif.

Keempat, Keluarga dan Masyarakat. Masalah yang terjadi di rumah menjadi indikator pemicu tawuran. Alasannya, kurangnya dukungan sosial keluarga menyebabkan mereka mencari hiburan dari kelompok asing yang mungkin tidak sesuai dengan jati diri mereka.

Faktor penyebab tawuran yang memperparah jumlah kasus tawuran menyebabkan masalah psikologis bagi remaja yang terlibat. Masalah psikologis seperti kecemasan yang berlebihan, kepribadian yang penuh emosi, dan stres menjadi perhatian besar yang harus dicegah dan diatasi. Pencegahan tawuran untuk mengatasi masalah psikologis tersebut memerlukan peran banyak pihak.

Cara menangani tawuran, bisa dilakukan dengan lima langkah. Pertama, Memberikan seminar atau penyuluhan bagi pelajar. Penyuluhan yang diberikan akan membantu pelajar yang belum terlibat dapat mengetahui dampak tawuran dan menghindarinya, sehingga kasus tawuran menurun.

Kedua, Memperkuat nilai moral dan agama pada pelajar. Hal ini merupakan peran keluarga, terutama orang tua. Nilai moral dan agama yang ditanamkan dapat membuat pelajar mengetahui mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan, sehingga sebisa mungkin ia akan menjauhi tawuran.

Ketiga, Menghapuskan tayangan berbau kekerasan di layar kaca. Pemerintah berperan menghapus tayangan berbau kekerasan di layar kaca. Ini dilakukan agar pelajar yang menonton tayangan tidak mengikuti dan meniru kekerasan tersebut dalam bentuk tawuran.

Keempat, Pemberian peringatan dan drop out. Pelajar yang terlibat tawuran harus diberikan peringatan jika aksinya tidak mengakibatkan korban jiwa dan harus dikenai drop out jika akhirnya menimbulkan korban jiwa.

Kelima, Menindaklanjuti pelaku terlibat. Pelaku yang terlibat tawuran harus ditindaklanjuti agar jera dan tidak mengulangi aksi yang sama.Dari cara-cara tersebut, ditarik kesimpulan bahwa tawuran sangat penting untuk diatasi

karena meresahkan banyak orang, menimbulkan kerusakan fasilitas publik, menghancurkan masa depan pelaku, dan bahkan menyebabkan korban jiwa. Tawuran biasanya menggunakan senjata tajam sehingga dapat menyebabkan pelakunya terluka bahkan meninggal dunia. Tak hanya pada pelaku terlibat, tawuran juga berdampak menimbulkan korban jiwa yang salah sasaran.

Tawuran merupakan tindak kekerasan yang dilakukan oleh sekelompok orang, umumnya remaja yang menimbulkan kerugian bagi diri sendiri dan masyarakat. Tawuran disebabkan oleh faktor internal, eksternal, media massa, dan peran keluarga dan sekolah yang tidak optimal sehingga membutuhkan penanganan seperti pemberian penyuluhan, pemberian peringatan dan drop out bagi pelaku terlibat, serta penanganan jalur hukum.

Remaja pada dasarnya sedang mencari jati diri mereka, sehingga seluruh pihak diharapkan mampu menuntun remaja ke arah yang benar dan tidak terlibat tawuran dengan menjelaskan dampak aksi tawuran yang terjadi dan memperketat pengawan pada remaja.

Dengan demikian, diharapkan kerja sama seluruh pihak dan remaja yang bersangkutan untuk menekan jumlah kasus tawuran yang terjadi beberapa tahun terakhir. *

*) Penulis adalah pelajar Penulis adalah pelajar SMAN 4 Padang, peserta pelatihan menulis di SMAN 1 Padang dengan sekolah imbas.

0 Komentar